MAKALAH
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
“METODOLOGI
PENELITIAN SOSIAL POLITIK INDONESIA SAAT INI”
DISUSUN
OLEH :
DAMIANUS
GALUH PRANGESTUAJI
2TB05
21317416
DOSEN
:
SRI
WALUYO
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN
TEKNIK ARSITEKTUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang
maha esa karna atas Nya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
makalah yang berjudul “ Perkembangan Politk Indonesia Saat ini “ adalah berisi
tentang perkembangan politik indonesia dan bentuk politik indonesia yang
berkembang di pemerintahan indonesia serta sikap masyarakat terhadap
perpolitikan indonesia.
Saya sadar makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan sarannya demi perbaikan di masa
depan.
Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah ikut andil dalam penyusunan makalh ini.
Terakhir semoga makalah ini dapat berguna
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Politik di Indonesia.
B. Perkembangan Politik di Indonesia .
C. Politik Indonesia saat ini .
D. Sikap masyarakat terhadap Perpolitikan di Indonesia
BAB III PENUTUP.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia saat ini ditandai oleh kedaulatan
rakyat termanifestasi dalam pemilihan parlemen dan presiden setiap lima tahun.
Sejak berakhirnya Orde Baru yang dipimpin presiden Suharto dan mulainya periode
Reformasi, setiap pemilu di Indonesia dianggap bebas dan adil. Namun, Indonesia
belum bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme maupun 'politik uang' di mana
orang bisa membeli kekuasaan atau posisi politik.
Persoalan tersebut bagian dari proses
Indonesia untuk berkembang menjadi demokrasi 'penuh' (saat ini - berdasarkan
Indeks Demokrasi yang dirilis Economist Intelligence Unit - Indonesia masih
dianggap sebagai demokrasi 'cacat'). Perlu ditekankan bahwa Indonesia merupakan
negara demokrasi yang muda dan karena itu wajar kalau kadang-kadang mengalami
'sakit tumbuh'.
Kondisi politik Indonesia itu pasti penting
sekali untuk mereka yang berencana berinvestasi di Indonesia atau mereka yang
mau menjadi terlibat dalam hubungan bisnis dengan Indonesia. Di bagian ini kami
menyajikan gambaran komposisi politik Indonesia saat ini serta ikhtisar bab-bab
penting dalam sejarah politik negara ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan politik di Indonesia
2. Bagaimana Politik indonesia saat ini
3. Apa tanggapan dan sikap masyarakat terhadap
politik indonesia saat ini
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana Perkembangan
politik di Indonesia
2. Untuk dapat mengetahui Bagaimana Politik
indonesia saat ini
3. Untuk dapat mengetahui Apa tanggapan dan sikap
masyarakat terhadap politik indonesia saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Politik di Indonesia
Pandangan politik di Indonesia saat ini adalah
bermacam-macam. Berbagai peristiwa yang menyangkut keadaan politik yang ada di
negeri ini semakin menjadi sorotan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kemerosotan kualitas politik tersebut dapat dilihat dilihat dari banyaknya
peristiwa yang nampaknya mengganggu kestabilan nasional, contoh peristiwa itu
adalah sebagai berikut.
1. Semakin banyaknya kader partai yang tertangkap
korupsi
2. Semakin banyknya pejabat yang menduduki kursi
terhormat terjerat korupsi
3. Pemilihan gubernur yang dirusak oleh pembelian
suara hingga harus terjadi pengulangan pemilukada
4. Jika pegawai tidak condong ke partai tertentu
maka jabatannya menjadi taruhan
Sebenarnya Indonesia menganut reformasi
sebagai pandangan politiknya, setelah rezim orde lama digantikan oleh orde
baru, lalu muncullah reformasi yang digadang-gadang dapat memperbaiki kehidupan
rakyat. Namun, hingga kini tujuan tersebut belum dapat terealisasi dengan
sempurna karena proses demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan
jugapaham patrimony dan otoriter masih berkembang kuat di dalam pelaku politik.
Meskipun Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 telah mengatur dengan sedemikian rupa tentang politik di Indonesia,
agaknya peraturan hanya tertuang di atas kertas saja dan juga istilah peraturan
dibuat untuk dilanggar masih menjadi paham yang terus dan akan terus berkembang
hingga sampai kapan akhirnya.
Tidak tahu sampai kapan kondisi politik seperti ini akan terus
berlangsung, ketika akan diadakan pemilu semua calon legislatif, calon anggota
DPR, calon anggota DPD serta calon Presiden dan calon-calon lainnya
berbondong-bondong datang ke rakyat miskin yang sebelumnya tak pernah sama
sekali masuk ke daerah kumuh.
Mereka sontak membagi–bagikan uang, sembako
serta menaburkan selangit janji yang akan diberikan jika kelak mereka terpilih.
Tak hanya sampai di situ usaha mereka baliho dan gambar dipasang sebesar-
besarnya hingga memeneuhi sepanjang jauh mata memandang. Namun, ketika mereka
mendapatkan jabatan yang diinginkan apakah nasib si miskin daoat terangkat?
Kebanyakan mereka lupa dan segera berusaha mengumpulkan kembali modal yang
mereka keluarkan dan segera lupa dengan janji manis yang mereka tebar.
Mudah- mudahan masyarakat kita mulai pandai
dan tidak lagi terpengaruh dengan janji palsu dan tidak lagi menjadi murah
suara hanya dengan uang Rp20.000 Semoga informasi pandangan politik di
Indonesia saat ini bermanfaat.
B. Perkembangan Politik di Indonesia
1. Masa Prakolonial Indonesia
Sumber-sumber menunjukkan bahwa Nusantara
berisikan berbagai entitas politik sejak awal sejarah. Entitas ini berevolusi
dari pusat politik di sekitar perorangan di mana kepemimpinannya diwujudkan
dalam diri seseorang yang mempunyai ketrampilan tertentu dan kharisma dan juga
menyatakan diri sebagai seseroang yang mirip Tuhan dan mempunyai kekuatan
supernatural serta didukung oleh tentara dan rakyat yang membayar upeti kepada
raja.
2. Masa Penjajahan Indonesia
Kedatangan bangsa Eropa yang tertarik dengan
potensi menjanjikan yaitu perdagangan rempah-rempah adalah salah satu titik
balik utama dalam sejarah kepulauan. Memiliki teknologi yang lebih canggih dan
persenjataan baru di tangan, orang Portugis dan khususnya orang Belanda,
berhasil menjadi pemegang kekuatan ekonomi dan politik yang berpengaruh dan
mampu mendominasi kepulauan ini serta mulai menciptakan kerangka politik dan
batas-batas baru.
3. Orde Lama Soekarno
Soekarno, presiden pertama Indonesia, adalah
ikon perjuangan nasionalis yang melawan para penjajah. Akan tetapi setelah
kemerdekaan dicapai, ia memiliki tugas berat untuk memimpin sebuah negara baru
yang masih memiliki trauma dari masa lalu dan konflik kekuatan politik dan
sosial yang muncul di masa kemerdekaan. Ternyata politisi generasi muda yang
tidak punya pengalaman sebelumnya ini kesulitan membimbing negaranya. Keadaan
itu memuncak dalam kekacauan pada pertengahan tahun 1960.
4. Orde Baru Suharto
Suharto, presiden kedua Republik Indonesia,
berhasil mengambil kekuasaan pada tahun 1960an di tengah pergolakan yang ada.
Pemerintah Orde Baru memerintah Indonesia selama lebih dari tiga puluh tahun
dan pemerintahan itu ditandai oleh perkembangan ekonomi (yang mengakibatkan
pengurangan kemiskinan yang mengesankan) tetapi juga oleh penindasan dan
korupsi. Namun, ketika ekonomi domestik - dasar legitimasi kekuatannya - runtuh
pada tahun 1990an, Suharto cepat kehilangan kendali kekuasaan.
5. Reformasi Indonesia
Setelah berada di bawah pemerintahan otoriter selama 30 tahun
lebih, politik Indonesia mengalami proses pembaruan untuk memberikan kekuatan
lebih banyak kekuasaan dan politik kepada masyarakat Indonesia. Periode ini
dikenal sebagai periode Reformasi. Tak hanya ditandai oleh perubahan struktural
(seperti desentralisasi kekuasaan ke daerah dan pembatasan kekuasaan presiden),
tetapi juga ditandai oleh kesinambungan (misalnya korupsi, kemiskinan dan
pengelompokan modal di kalangan atas).
6. Kabinet Indonesia Sekarang
Bagian ini menampilkan daftar anggota kabinet
Presiden Joko Widodo yang dinamai Kabinet Kerja, yang diresmikan pada tanggal
27 Oktober 2014, dan akan memerintah sampai dengan tahun 2019, saat pemilu baru
akan diadakan. Presiden Widodo boleh berpartisipasi dalam pemilihan presiden
baru pada tahun 2019 karena konstitusi memperbolehkan kepresidenan sampai dua
kali masa jabatan (masing-masing lima tahun).
C. Politik Indonesia Saat ini
Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang
mendominasi wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut,
seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. Saat ini
kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para
penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang
dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh.
Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari
kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah
memprihatinkan.
Para pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi
jabatannya. Lagi – lagi mereka melupakan soal rakyat. Semisal saja soal kasus
suap wisma atlet. kita ketahui bahwa Anggelina S merupakan kunci dari bobroknya
korupsi yang terjadi di Wisma Atlet. Namun, apa yang terjadi? Apakah Anggelina
S berbicara jujur terkait korupsi yang terjadi di Wisma Atlet? Tidak kawan,
justru beliau menutupi kondisi yang sebenarnya terjadi.
Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan. Hal
tersebut masih salah satu contoh yang ada. Berbicara kondisi politik di
Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru
seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Ntah dengan apa
pun, tidak melihat rambu rambu yang ada, hal yang terpenting kursi kekuasaan
harus di dapat. Namun, kursi kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan
yang besar juga baik itu fikiran dan materil. Akhirnya rakyat yang menjadi
korban dari kondisi politik yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini
sepertinya masih terlalu sibuk untuk terus berebut kursi kekuasaan. Sebenarnya
politik layaknya sebuah pisau. Bila pisau tersebut di gunakan oleh ibu rumah
tangga untuk memasak maka pisau akanlah sangat bermanfaat. Maka akan tersedia
hidangan yang lezat untuk keluarga. Namun beda cerita bila pisau tersebut di
gunakan oleh pembunuh. Maka yang terjadi adalah sebuah kesedihan dan
kesengsaraan yang terjadi.
Begitu pula dengan politik, ia akan bisa
menjadi sebuah alat untuk mencapai sebuah kebahagiaan atau malah menjadi sebuah
kesengsaraan. Dewasa ini, para politikus yang ada justru tidak mampu memberikan
sebuah kesejukan di tengah gerahnya suasana politik yang ada. Para politikus
ini nampaknya masih terlalu sibuk. Padahal rakyat Indonesia di luar sana
menjadi korban mereka.
Kita semua bisa melihat gejala mati rasa
penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian mobil mewah untuk para
menteri Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan pagar istana
presiden yang menelan biaya puluhan miliar rupiah. Kebijakan itu jelas
mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan masih
mengharu biru Indonesia (jumlah orang miskin di Indonesia per Maret 2010
berdasar BPS sebanyak 31,02 juta orang–relatif tak banyak berubah jika
dibandingkan dengan data per Februari 2005, yakni sebesar 35,10 juta orang).
Publik juga bisa melihat bagaimana penyikapan kasus Lapindo, terjadinya
‘kriminalisasi’ terhadap dua pemimpin KPK, penanganan kasus Bank Century yang
belum jelas bagaimana akhirnya, serta kuatnya nuansa tebang pilih terhadap
penanganan kasus korupsi. Kesemuanya itu adalah contoh-contoh lain yang harus
diakui kian mengiris rasa keadilan. Kendati dibalut pernyataan-pernyataan yang
apik dan santun, toh penyikapan dari penyelenggara negara terhadap kasus-kasus
tersebut tetap saja dinilai jauh dari komitmen untuk mewujudkan aspirasi dan
kehendak rakyat.
Selain contoh contoh yang ada di atas, masih
banyak kita lihat masalah soal kemiskinan, putus sekolah dan kelaparan. Namun
sepertinya para pejabat ini masih belum tersentuh untuk menuju ke situ akhirnya
masih berkutat dengan masalah kekuasaan. Sebenarnya politik tidak hanya di
kekuasaan saja. Namun ekonomi pun sudah di politikkan. Sebenarnya politik itu
merupakan bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang sekelompok lain agar
mengikuti gagasan yang kita fikirkan. Dalam aspek obyektif, Sukardi mencontohkan
harga cabai yang makin hari semakin mahal. Kondisi tersebut akan semakin parah
bila pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tergesa-gesa, misalnya dengan
kenaikan harga tiket kereta ekonomi. Momentum ini bisa dipakai untuk menyerang
kekuatan politik lawannya. Untuk aspek dari daerah, Sukardi mencontohkan
polemik keistimewaan Yogyakarta yang hingga saat ini masih berlarut-larut.
Menurut Sukardi, pemerintah harus cepat menyelesaikan polemik tersebut. Kalau
tidak, masalah itu juga akan dijadikan partai lain sebagai amunisi untuk
menyerang Demokrat.
Sekarang ini keadaan politik di Indonesia
tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di
Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan
menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan
fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang
mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan
masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah
Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan
baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
Jika hal ini terus di biarkan, maka seperti bom yang terus di pendam. Maka
suatu saat akan meletus juga. Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka
tidakl mustahil jika rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan
para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya
masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena
kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara
tersebut. Apabila gejolak politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka
tidak mustahil jika terjadi peperangan. Akibatnya masyarakat yang menjadi
korban seperti negara negara di timur tengah.
D. Sikap Masyarakat terhadap dunia Politik di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi indonesia saat ini
sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa, dimana peran dan partisipasi
rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, semakin terlihat jelas. Antusiasme
dan partisipasi masyarakat dalam politik menunjukkan bahwa demokrasi semakin
tampak maju di indonesia.
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah
satu bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi. Partisipasi politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan juga
peran aktif secara langsung atau tidak langsung, untuk mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy).
Dengan demikian Partisipasi politik erat
kaitanya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya
diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. **Budiardjo (2009:367)
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela dari warga masyarakat dimana mereka mengambil bagian secara aktif,
dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses pembentukkan kebijakan umum. Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin
oleh Negara, tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”. Dan diatur secara jelas dalam dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik,
dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara mengenai hak
berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum
dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dll
Sedangkan, bentuk partisipasi masyarakat dalam
pemilihan umum, adalah merupakan salah satu implementasi nilai-nilai
demokrasi di Indonesia, yang mencerminkan nilai Kebebasan , dimana
masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih, dan mendukung calon yang di
inginkan. Disisi yang lain, masyarakat Indonesia juga menunjukkan nilai
kebebasan demokrasi dalam hal melakukan protes terhadap pemerintah. Ini
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam politik di Indonesia mengalami
peningkatan. Tingginya partisipasi atau peran serta masyarakat, dianggap
sebagai satu hal yang positif. Didalam konteks pemikiran ini, tingginya tingkat
partisipasi masyarakat, ditunjukkan pada sikap warga negara untuk mengikuti dan
memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan itu.
(Budiarjo 1996:185
Sebagai bentuk pelaksanaan nilai demokrasi,
partisipasi masyarakat dalam politik memiliki peran penting. Karena demokrasi
dapat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
untuk rakyat. Disertai nilai-niai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu
Kebebasan dan Kesetaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia menganut reformasi sebagai pandangan
politiknya, setelah rezim orde lama digantikan oleh orde baru, lalu muncullah
reformasi yang digadang-gadang dapat memperbaiki kehidupan rakyat. Namun,
hingga kini tujuan tersebut belum dapat terealisasi dengan sempurna karena
proses demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan juga paham
patrimony dan otoriter masih berkembang kuat di dalam pelaku politik.
Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang
mendominasi wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut,
seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. Saat ini
kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para
penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang
dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh.
Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari
kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah
memprihatinkan.
Masyarakat memandang elite politik tidak
mengalami perubahan yang jelas. Hal ini bisa dari masyarakat yang menjadi
korban kebijakan politik yang sedang berkuasa. Ada sebagian masyarakat yang
sangat mengerti sekali dengan politik tetapi pemilu tak ubahnya hanya sandiwara
politik karena hakikatnya, pemilu hanya akan menguntungkan secara politik dan
ekonomi kepada elit politik. Golput pun muncul karena berdasarkan bahwa keberadaan
pemilu dan aktivitas memilih tidak akan berdampak lebih baik pada diri pemilih.
Hal ini terjadi ditengah masyarakat yang terjebak pada apatisme. Kecenderungan
ini muncul ketika norma-norma sosial yang selama ini disepakati dan dijabarkan
dalam suatu masyarakat mengalami kelonggaran, kegoyahan, dan kehilangan
fungsinya yang efektif. Golput bukanlah pilihan tepat dan cenderung mendorong
masyarakat menjadi apatis. Kondisi ini bisa menciptakan rendahnya legitimasi
pemerintah serta mendorong munculnya masyarakat yang antipati (ketidaksukaan
untuk sesuatu atau seseorang), terhadap perkembangan politik.
B. Saran
Rakyat Indonesia belum merasakan kinerja yang
baik dari pemerintah Indonesia, malahan membuat mereka memandang buruk terhadap
politik itu sendiri. Selain itu, para generasi muda Indonesia haruslah
diperkenalkan dengan politik yang sebenarnya, agar dikemudian hari mereka dapat
menjadi generasi baru yang lebih bertanggung jawab. Sehingga kondisi bangsa ini
tidak terus terpuruk akibat politik tidak bertanggungjawab para pejabat
sekarang. Sedah seharusnya kita membanahi bangsa ini. Karena bila kondisi
seperti ini terus di budayakan, maka bukanlah hal yang mustahil jika suatu saat
nanti nama Indonesia hanya tinggal sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta
:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
Komentar
Posting Komentar