ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN


A. PENGERTIAN ARSITEKTUR

Pantheon, Roma
Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah holak, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi humaniora, politik, sejarah, filsafat dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.

B. PENGERTIAN LINGKUNGAN

Lingkungan Alami
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.A.F.A Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

C. KONSEP ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN

Arsitektur berwawasan lingkungan merupakan pembangunan berwawasan lingkungan yang memanfaatkan segala potensi yang ada di sekitar lingkungan tersebut, namun masih dalam batasan yang juga memerhatikan lingkungan sekitar agar tidak rusak dan tetap terjaga keseimbangannya.
Arsitektur berwawasan lingkungan didasari karena mulainy rusak ekosistem yang ada di bumi sebagai akibat berbagai pambangunan yang tidak memerhatikan lingkungan alam dan sekitarnya. Sebagai akibat inilah muncul global warming, banjir, dan masih banyak lagi.
Tujuan hal ini menyadarkan para arsitek untuk mulai memikirkan perancangan dan perencanaan yang ramah lingkungan, hemat sumber daya dan energi, dan memiliki keseimbangan dan keterikatan dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu arsitek juga dapat memperkenalkan kepada masyarakat dan memberikan informasi dan cara dalam membangun dengan berwawasan lingkungan.
Contoh :
ESTONIA
Hasil gambar untuk estonia
Estonia, Oxford Residences
Estonia, Oxford Residences selama empat musim di Estonia. Oxford Group Berkelanjutan, memenangkan hadiah bagi Perusahaan Berkelanjutan of the Year, ini bisa dibilang salah satu perkembangan berkelanjutan paling maju (lengkap:red), tidak hanya mencoba untuk menjadi karbon netral, tetapi sudah karbon negatif dan mempertimbangkan faktor seperti ekonomi, pembangunan keuangan, sosial terhadap lingkungan sekitarnya, lingkungan, makanan, energi, kebijakan pemerintah, penduduk setempat, pendidikan, pada kenyataannya lebih dari pengembangan sistem yang lain.

D. KONSEP ARSITEKTUR BERWAWASAN SOSIAL BUDAYA

Pembangunan bidang sosial budaya  merupakan hal yang tidak mudah, karena terkait dengan  persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah  membangun negara bangsa  sehingga menjadi negara modern  tanpa kehilangan jati dirinya. embangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok Golongan masyarakat yaitu golongan tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen. Golongan masyarakat ynag tradisional cenderung menolak modernisasi karena menganggap bahwa modernisasi lebih dekat pada proses “westernisasi”,  berorientasi masa lalu dan tingkat pendidikan yang masih rendah. Golongan modernis adalah golongan yang telah medapatkan pendidikan , terutama pendidikan tinggi, memiliki wawasan luas, dan berorientasi masa depan. Sedangkan Golongan ambivalen berorientasi masa sekarang, dan tidak mau bertanggung jawab dan mengambil resiko dari modernisasi.
Contoh :
Permukiman Tradisional Kaero Kecamatan Sanggalla, Toraja.
Mariki jappa - jappa ri Makassar
Permukiman Tradisional Kaero
Permukiman tradisional Kaero dapat dikategorikan dalam tipe permukiman yang berada di dataran tinggi. Rumah-rumah hunian penduduk dalam permukiman sebagian besar adalah rumah panggung di bangun berpencar dari lereng hingga lembah bukit, namun jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berdekatan. Tongkonan dan lumbung (alang) dibangun menghadap utara selatan, sedangkan rumah-rumah penduduk tidak semuanya menghadap ke utara. Area pemukiman Kaero tertutup oleh pohon bambu dan cemara yang tumbuh dengan subur dan lebat di sekitar permukiman.

Elemen-elemen dalam permukiman tradisional, seperti tongkonan, lumbung (alang), kandang, kebun (pa’la’), rante, sawah, dan liang menggambarkan kondisi dari pemukiman aslinya. Dalam permukiman tradisional Kaero terdapat dua tongkonan, yaitu Tongkonan Kaero dan Tongkonan Buntu Kaero. Lokasi Tongkonan Kaero berada di lereng bukit, sedangkan Tongkonan Buntu Kaero terletak di atas bukit sebelah selatan dan tidak jauh lokasinya dari lokasi Tongkonan Kaero. Tongkonan Buntu Kaero dan Tongkonan Kaero tidak dibangun dalam waktu yang bersamaan. Tongkonan yang mula-mula dibangun di Kaero adalah Tongkonan Buntu Tongko yang merupakan cikal bakal pusat permukiman di Kaero, baru kemudian dibangun Tongkonan Kaero. Di sekitar kedua tongkonan tersebut terdapat rumah-rumah kediaman oleh penduduk yang masih terikat secara kekeluargaan atau keturunan dari pemilik tongkonan tersebut.

E. BANGUNAN HEMAT ENERGI

KONSEP BANGUNAN


  • Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
  • Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
  • Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang / Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
  • Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
  • Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
  • Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan: Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.

     F. REFERENSI  
     https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur
     https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan


Komentar